Senin, 09 Juni 2014
Karangan semi ilmiah
Karya tulis semi ilmiah
merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan
yang ditulis dengan bahasa konkret dan formal, kata-katanya teknis dan didukung
dengan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya. Karya tulis ini juga
merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan
dan penulisannya tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode
ilmiah yang sintesis-analitis karena sering dimasukkan dalam kary tulis ini.
Karya tulis semi ilmiah biasanya digunakan dalam komik, anekdot, dongeng,
hikayat, novel, roman dan cerpen.
Bentuk karangan semi
ilmiah yaitu artikel, editorial, opini, tips, reportase, dan resensi buku.
Resensi buku adalah bentuk konbinasi antara uraian, ringkasan, dan kritik
objektif terhadap sebuah buku. Klasifikasi pembuatan resensi buku ilmiah yaitu
ringkasan, deskripsi, kritik, apresiasi, dan praduga.
Ciri
– ciri karangan semi ilmiah :
·
Emotif : kemewahan dan cinta lebih
menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
·
Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti.
Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
·
Deskriptif : pendapat pribadi, sebagian
imajinatif dan subjektif.
·
Kritik tanpa dukungan bukti.
Adapun
ciri-ciri karangan semi ilmiah atau ilmiah popular, yaitu:
Ditulis berdasarkan fakta pribadi
·
Fakta yang disimpulkan subjektif
·
Gaya bahasa formal dan popular
·
Mementingkan diri penulis
·
Melebih-lebihkan sesuatu
·
Usulan-usulan bersifat argumentative, dan
Bersifat persuasive
Jenis Karangan Semi Ilmiah :
a.
Artikel
Karangan faktual secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk
dipublikasikan (melalui koran, majalah, buletin, dsb) dan bertujuan untuk
menyampaikan gagasan juga fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur.
b.
Editorial
Artikel yang menyajikan pendapat surat kabar terhadap sebuah isu. Artikel
mencerminkan suara mayoritas dari para dewan redaksi. Dewan redaksi surat kabar
terdiri dari editor dan manajer bisnis. Editorial biasanya unsigned atau
diterbitkan tanpa byline (nama penulis), karena editorial mewakili
pendapat surat kabar, bukan penulis.
c.
Opini (Inggris: Opinion)
Pendapat, ide atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan atau preferensi
tertentu terhadap perspektif dan ideology, akan tetapi bersifat tidak objektif,
karena belum mendapatkan pemastian atau pengujian, dapat pula merupakan sebuah
pernyataan tentang sesuatu yang berlaku pada masa depan dan kebenaran atau
kesalahannya, serta tidak dapat langsung ditentukan, misalnya menurut pembuktian
melalui induksi.
d.
Resensi Buku
Pertimbangan atau ulasan tentang sebuah buku.
Dalam membuat resensi buku, dapat melakukan penilaian terhadap kualitas buku
ditinjau dari berbagai segi.
Langkah-Langkah
Pembuatan Karangan semi Ilmiah Sebagai berikut :
- Memilih topik yang kita sukai dan diminati oleh pembaca
- Mencari sumber yang autoratif
- Membatasi topik yang dibicarakan dan didukung dengan hal-hal yang konkret dan spesifik
- Menentukan suatu tesis percobaan yang menjadi arah dan tujuan yang hendak dicapai
- Mencari sumber dari topik yang ingin ditulis
- Mengumpulkan semua buku dan bacaan yang menjadi sumber
- Mencatat tiap judul pada sebuah kartu bibliography
- Membuat kutipan atau ringkasan dari sumber tersebut
- Mengadakan pengamatan atau wawancara dengan narasumber
- Merumuskan tesis final
- Menyusun kerangka karangan yang final
Bentuk karangan semi
ilmiah yaitu artikel, editorial, opini, tips, reportase, dan resensi buku.
Resensi buku adalah bentuk konbinasi antara uraian, ringkasan, dan kritik
objektif terhadap sebuah buku. Klasifikasi pembuatan resensi buku ilmiah yaitu
ringkasan, deskripsi, kritik, apresiasi, dan praduga.
Contoh Laporan Semi
Ilmiah
Dampak Globalisasi
Terhadap Pendidikan
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005). Proses globalisasi berlangsung melalui dua dimensi, yaitu dimensi ruang dan waktu. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat dihindari kehadirannya, terutama dalam bidang pendidikan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah – sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka program kelas internasional. Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi “budak” di negeri sendiri.
Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi, sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat membutuhkan kombinasi antara kemampuan otak yang mumpuni disertai dengan keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Selain itu hendaknya peningkatan kualitas pendidikan hendaknya selaras dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam hal ini, untuk dapat menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar. Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab globalisasi pendidikan belum dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Sebagai contoh untuk dapat menikmati program kelas Internasional di perguruan tinggi terkemuka di tanah air diperlukan dana lebih dari 50 juta. Alhasil hal tersebut hanya dapat dinikmati golongan kelas atas yang mapan. Dengan kata lain yang maju semakin maju, dan golongan yang terpinggirkan akan semakin terpinggirkan dan tenggelam dalam arus globalisasi yang semakin kencang yang dapat menyeret mereka dalam jurang kemiskinan. Masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di sekolah – sekolah mewah di saat masyarakat golongan ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan untuk sekedar menyekolahkan anak mereka di sekolah biasa. Ketimpangan ini dapat memicu kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik sosial. Peningkatan kualitas pendidikan yang sudah tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial dalam masyarakat akibat ketimpangan karena kemiskinan dan ketidakadilan tidak diredam dari sekarang.
1.2 Rumusan Masalah
Secara umum, rumusan masalah pada makalah “Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan” ini dapat dirumuskan seperti pada pertanyaan berikut.
a. Apa dampak dari globalisasi untuk dunia pendidikan?
b. Penyebab buruknya pendidikan di era globalisasi?
c. Cara penyesuan pendidikan di Indonesia pada era globalisasi?
1.3 Tujuan
1. Bagi Penulis
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen dalam mata kuliah pengantar pendidikan. Selain itu, bagi diri kami pribadi makalah ini juga diharapkan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan yang lebih bagi mahasiswa, baik dalam lingkup universitas negeri malang maupun di civitas akademika yang lain.
2. Bagi Pembaca
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan dan menambah ilmu pengetahuan mengenai globalisasi. Para pembaca yang dominan dari kaula mahasiswa bisa digunakan untuk langkah menuju ke pengetahuan yang lebih luas, sehingga kedepannya tercipta sdm-sdm yang unggul.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat bisa lebih memahami tentang arti penting globalisasi sehingga dampak negatif yang berimbas bisa leih diperkecil. Dan juga diharapkan agar realisasi kegiatan positif terhadap adanya pendidikan semakin lebih baik.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengaruh Globalisasi terhadap dunia Pendidikan
Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan globalisasi, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan memperbaiki manajemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.
Ketidaksiapan bangsa kita dalam mencetak SDM yang berkualitas dan bermoral yang dipersiapkan untuk terlibat dan berkiprah dalam kancah globalisasi, menimbulkan dampak positif dan negatif dari dari pengaruh globalisasi dalam pendidikan dijelaskan dalam poin-poin berikut:
1. Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
Pengajaran Interaktif Multimedia
Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti internet dan computer. Apabila dulu, guru menulis dengan sebatang kapur, sesekali membuat gambar sederhana atau menggunakan suara-suara dan sarana sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan informasi. Sekarang sudah ada computer. Sehingga tulisan, film, suara, music, gambar hidup, dapat digabungkan menjadi suatu proses komunikasi.
Dalam fenomena balon atau pegas, dapat terlihat bahwa daya itu dapat mengubah bentuk sebuah objek. Dulu, ketika seorang guru berbicara tentang bagaimana daya dapat mengubah bentuk sebuah objek tanpa bantuan multimedia, para siswa mungkin tidak langsung menangkapnya. Sang guru tentu akan menjelaskan dengan contoh-contoh, tetapi mendengar tak seefektif melihat. Levie dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus kata, visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dengan konsep.
Perubahan Corak Pendidikan
Mulai longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa perubahan paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi desentralistis. Sekolah-sekolah atau satuan pendidikan berhak mengatur kurikulumnya sendiri yang dianggap sesuai dengan karakteristik sekolahnya. Kemudahan Dalam Mengakses Informasi Dalam dunia pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi seperti internet dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan serta sharing riset antarsiswa terutama dengan mereka yang berjuauhan tempat tinggalnya.
Pembelajaran Berorientasikan Kepada Siswa Dulu, kurikulum terutama didasarkan pada tingkat kemajuan sang guru. Tetapi sekarang, kurikulum didasarkan pada tingkat kemajuan siswa. KBK yang dicanangkan pemerintah tahun 2004 merupakan langkah awal pemerintah dalam mengikutsertakan secara aktif siswa terhadap pelajaran di kelas yang kemudian disusul dengan KTSP yang didasarkan pada tingkat satuan pendidikan. Di dalam kelas, siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar-mengajar. Dulu, hanya guru yang memegang otoritas kelas. Berpidato di depan kelas. Sedangkan siswa hanya mendngarkan dan mencatat. Tetapi sekarang siswa berhak mengungkapkan ide-idenya melalui presentasi. Disamping itu, siswa tidak hanya bisa menghafal tetapi juga mampu menemukan konsep-konsep, dan fakta sendiri.
2. Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
Komersialisasi Pendidikan
Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan. Salah satu ciri utamanya ialah semangat menguji murid ala Victoria yang bisa menyenangkan Mr. Gradgrind dalam karya Dickens. Perusahaan-perusahaan ini harus membuktikan bahwa mereka memberikan hasil, bukan hanya bagi murid, tapi juga pemegang saham.(John Micklethwait, 2007:166). .
Bahaya Dunia Maya
Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang berpengaruh negative bertebaran di internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui internet. Contohnya, 6 Oktober 2009 lalu diberitakan salah seorang siswi SMA di Jawa Timur pergi meninggalkan sekolah demi menemui seorang lelaki yang dia kenal melalui situs pertemanan “facebook”. Hal ini sangat berbahaya pada proses belajar mengajar.
Ketergantungan
Mesin-mesin penggerak globalisasi seperti computer dan internet dapat menyebabkan kecanduan pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak bersemangat dalam proses belajar mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.
2.2 Keadaan Buruk Pendidikan di Indonesia
2.2.1 Paradigma Pendidikan Nasional yang Sekular-Materialistik
Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini adalah sistem pendidikan yang sekular-materialstik. Hal ini dapat terlihat antara lain pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab VI tentang jalur, jenjang, dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi : Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, kagamaan, dan khusus dari pasal ini tampak jelas adanya dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum. Sistem pendidikan dikotomis semacam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia yang sholeh yang berkepribadian sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan melalui penguasaan sains dan teknologi. Secara kelembagaan,
sekularisasi pendidikan tampak pada pendidikan agama melalui madrasah, institusi agama, dan pesantren yang dikelola oleh Departemen Agama; sementara pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah menengah, kejurusan serta perguruan tinggi umum dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Terdapat kesan yang sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) dilakukan oleh Depdiknas dan dipandang sebagai tidak berhubungan dengan agama. Pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan justru kurang tergarap secara serius. Agama ditempatkan sekadar salah satu aspek yang perannya sangat minimal, bukan menjadi landasan seluruh aspek.
Pendidikan yang sekular-materialistik ini memang bisa melahirkan orang yang menguasai sains-teknologi melalui pendidikan umum yang diikutinya. Akan tetapi, pendidikan semacam itu terbukti gagal membentuk kepribadian peserta didik dan penguasaan ilmu agama. Banyak lulusan pendidikan umum yang ‘buta agama’ dan rapuh kepribadiannya. Sebaliknya, mereka yang belajar di lingkungan pendidikan agama memang menguasai ilmu agama dan kepribadiannya pun bagus, tetapi buta dari segi sains dan teknologi. Sehingga, sektor-sektor modern diisi orang-orang awam. Sedang yang mengerti agama membuat dunianya sendiri, karena tidak mampu terjun ke sektor modern.
2.2.2 Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal, itulah kalimat yang sering terlontar di kalangan masyarakat. Mereka menganggap begitu mahalnya biaya untuk mengenyam pendidikan yang bermutu. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi membuat masyarakat miskin memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), dimana di Indonesia dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, komite sekolah yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah komite sekolah terbentuk, segala pungutan disodorkan kepada wali murid sesuai keputusan komite sekolah. Namun dalam penggunaan dana, tidak transparan. Karena komite sekolah adalah orang-orang dekat kepada sekolah.
Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu pemerintah secara mudah dapat melempar tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas.
Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sector yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen (Kompas, 10/5/2005).
Koordinator LSM Education network foa Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersalialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara kaya dan miskin.
Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya?. Kewajiban Pemerintahlah untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataan Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk ‘cuci tangan’.
Fandi achmad (Jawa Pos, 2/6/2007) menjelaskan sebagai berikut.
Mencermati konteks pendidikan dalam praktik seperti itu, tujuan pendidikan menjadi bergeser. Awalnya, pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan tidak membeda-bedakan kelas sosial. Pendidikan adalah untuk semua. Namun, pendidikan kemudian menjadi perdagangan bebas (free trade).
Tesis akhirnya, bila sekolah selalu mengadakan drama tahun ajaran masuk sekolah dengan bentuk pendidikan diskriminatif sedemikian itu, pendidikan justru tidak bisa mencerdaskan bangsa. Ia diperalat untuk mengeruk habis uang rakyat demi kepentingan pribadi maupun golongan.
2.2.3 Kualitas SDM yang Rendah
Akibat paradigma pendidikan nasional yang sekular-materialistik, kualitas kepribadian anak didik di Indonesia semakin memprihatinkan. Dari sisi keahlian pun sangat jauh jika dibandingkan dengan Negara lain. Jika dibandingkan dengan India, sebuah Negara dengan segudang masalah (kemiskinan, kurang gizi, pendidikan yang rendah), ternyata kualitas SDM Indonesia sangat jauh tertinggal. India dapat menghasilkan kualitas SDM yang mencengangkan. Jika Indonesia masih dibayang-bayangi pengusiran dan pemerkosaan tenaga kerja tak terdidik yang dikirim ke luar negeri, banyak orang India mendapat posisi bergengsi di pasar Internasional.
Di samping kualitas SDM yang rendah juga disebabkan di beberapa daerah di Indonesia masih kekurangan guru, dan ini perlu segera diantisipasi. Tabel 1. berikut menjelaskan tentang kekurangan guru, untuk tingkat TK, SD, SMP dan SMU maupun SMK untuk tahun 2004 dan 2005. Total kita masih membutuhkan sekitar 218.000 guru tambahan, dan ini menjadi tugas utama dari lembaga pendidikan keguruan.
Dalam menghadapi era globalisasi, kita tidak hanya membutuhkan sumber daya manusia dengan latar belakang pendidikan formal yang baik, tetapi juga diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai latar belakang pendidikan non formal.
2.3 Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi
Dari beberapa takaran dan ukuran dunia pendidikan kita belum siap menghadapi globalisasi. Belum siap tidak berarti bangsa kita akan hanyut begitu saja dalam arus global tersebut. Kita harus menyadari bahwa Indonesia masih dalam masa transisi dan memiliki potensi yang sangat besar untuk memainkan peran dalam globalisasi khususnya pada konteks regional. Inilah salah satu tantangan dunia pendidikan kita yaitu menghasilkan SDM yang kompetitif dan tangguh. Kedua, dunia pendidikan kita menghadapi banyak kendala dan tantangan. Namun dari uraian di atas, kita optimis bahwa masih ada peluang.
Ketiga, alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan fungsi keluarga dalam pendidikan anak dengan penekanan pada pendidikan informal sebagai bagian dari pendidikan formal anak di sekolah. Kesadaran yang tumbuh bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak akan membuat kita lebih hati-hati untuk tidak mudah melemparkan kesalahan dunia pendidikan nasional kepada otoritas dan sektor-sektor lain dalam masyarakat, karena mendidik itu ternyata tidak mudah dan harus lintas sektoral. Semakin besar kuantitas individu dan keluarga yang menyadari urgensi peranan keluarga ini, kemudian mereka membentuk jaringan yang lebih luas untuk membangun sinergi, maka semakin cepat tumbuhnya kesadaran kompetitif di tengah-tengah bangsa kita sehingga mampu bersaing di atas gelombang globalisasi ini.
Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning (pandangan), repositioning strategy (strategi) , dan leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu, tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa bangkit kembali menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang dalam globalisasi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia
Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
Pengajaran Interaktif Multimedia
Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti internet dan computer.
Perubahan Corak Pendidikan, mulai longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan perubahan.
Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
Komersialisasi Pendidikan
Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan.
Bahaya Dunia Maya
Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang berpengaruh negative bertebaran di internet.
Misalnya:
pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita
yang bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah
diakses oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol,
narkoba banyak ditawarkan melalui internet.
Penyebab buruknya pendidikan di era
globalisasi di indonesia adalah Mahalnya Biaya pendidikan, Kualitas SDM yang
Rendah dan fasilitas pendidikan kurang,
itu yang mengakibatkan pendidikan berjalan kurang lancar.
Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah
visioning (pandangan), repositioning strategy (strategi) , dan leadership
(kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari transformasi
yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang juga jelas,
dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu
3.2 Saran
Penulis memberikan saran yang ditujukan untuk :
a. Masyarakat
agar para orang tua memperhatikan kepentingan anaknya dalam hal pendidikan sehingga pendidikan berjalan dengan lancar
b. Pemerintah
Pemerintah harus menggarkan danan yang cukup untuk keperluan pendidikan dan menambah beasiswa bagi guru untuk training
3.2 Saran
Penulis memberikan saran yang ditujukan untuk :
a. Masyarakat
agar para orang tua memperhatikan kepentingan anaknya dalam hal pendidikan sehingga pendidikan berjalan dengan lancar
b. Pemerintah
Pemerintah harus menggarkan danan yang cukup untuk keperluan pendidikan dan menambah beasiswa bagi guru untuk training
http://messi-barcelona-ghofur.blogspot.com/2011/01/non-ilmiahsemi-ilmiahilmiah-beserta.html
http://hutamigoodgirl.blogspot.com/2010/11/contoh-kalimat-ilmiah-semi-ilmiah-dan_14.html
Faizah, F. 2009. Dampak Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan, (Online)(http://www.blogger.com/profile/14458280955885383127), diakses 18 Oktober 2011
LAPORAN
ILMIAH
1.
Pengertian Laporan Ilmiah
Laporan
ialah suatu wahana penyampaian berita, informasi, pengetahuan, atau gagasan
dari seseorang kepada orang lain. Laporan ini dapat berbentuk lisan dan dapat
berbentuk tulisan. Laporan yang disampaikan secara tertulis merupakan suatu
karangan. Jika laporan ini berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh
dari hasil penelitian, pengamatan ataupun peninjauan, maka laporan ini termasuk
jenis karangan ilmiah. Dengan kata lain, laporan ilmiah ialah sejenis karangan
ilmiah yang mengupas masalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang sengaja
disusun untuk disampaikan kepada orang-orang tertentu dan dalam kesempatan
tertentu.
Dasar Membuat Laporan Ilmiah
Ada
beberapa hal yang mendasari dalam pembuatan Laporan Ilmiah.Diantaranya :
-
Kegiatan menulis laporan ilmiah merupakan kegiatan utama terakhir dari suatu
kegiatan ilmiah.
-
Laporan ilmiah mengemukakan permasalahan yang ditulis secara benar, jelas,
terperinci, dan ringkas.
-
Laporan ilmiah merupakan media yang baik untuk berkomunikasi di lingkungan
akademisi atau sesama ilmuwan.
-Laporan
ilmiah merupakan suatu dokumen tentang kegiatan ilmiah dalam memecahkan masalah
secara jujur, jelas, dan tepat tentang prosedur, alat, hasil temuan, serta
implikasinya.
-Laporan
ilmiah dapat digunakan sebagai acuan bagi ilmuwan lain sehingga syarat-syarat
tulisan ilmiah berlaku juga untuk laporan.
Jenis-jenis Laporan Ilmiah
Dari
beberapa sumber yang ada, terdapat 3(tiga) jenis Laporan Ilmiah yaitu sebagai
berikut :
A. Laporan Lengkap (Monograf) Menjelaskan
proses penelitian secara menyeluruh.
-
Teknik penyajian sesuai dengan aturan (kesepakatan) golongan profesi dalam
bidang ilmu yang bersangkutan.
- Menjelaskan hal-hal yang sebenarnya yang
terjadi pada setiap tingkat analisis.
- Menjelaskan (juga) kegagalan yang dialami,di
samping keberhasilan yang dicapai.
-
Organisasi laporan harus disusun secara sistamatis (misalnya : judul bab,subbab
dan seterusnya,haruslah padat dan jelas).
B. Artikel Ilmiah
- Artikel ilmiah biasanya merupakan perasan
dari laporan lengkap.
- Isi artikel ilmiah harus difokuskan kepada
masalah penelitian tunggal yang obyektif.
- Artikel ilmiah merupakan pemantapan informasi
tentang materi-materi yang terdapat dalam laporan lengkap.
C. Laporan Ringkas
Laporan
ringkas adalah penulisan kembali isi laporan atau artikel dalam bentuk yang
lebih mudah dimengerti dengan bahasa yang tidak terlalu teknis (untuk konsumsi
masyarakat umum).
3.
Fungsi Laporan Ilmiah
Laporan
penelitian mengkomunikasikan kepada pembaca seperangkat data dan ide spesifik.
Ide spesifik. Spesifik tersebut disampaikan secara jelas dan cukup rinci agar
dapat dievaluasi.
Laporan
Ilmiah harus dilihat sebagai sumbangan dalam khasanah ilmu pengetahuan.
Laporan
Ilmiah harus berfungsi sebagai stimulator dan mengarahkan pada penelitian
selanjutnya.
Macam-Macam Laporan
A. Laporan Berbentuk Formulir Isian
Laporan
ini biasanya telah disiapkan blanko daftar isian yang diserahkan pada tujuan
yang akan dicapai.
B. Laporan Berbentuk Surat
Laporan
yang bentuk surat prinsipnya sama dengan surat biasa perbedaannya terlatak pada
isi dan panjang surat.
C. Laporan Berbentuk Memorandum
Laporan
berbentuk memo atau catatan pendek lebih singkat dibanding surat. laporan ini
sering digunakan dalam lingkungan organisasi/lembaga/antara atasan dan bawahan
dalam suatu hubungan kerja.
D. Laporan Perkembangan dan Keadaan
Laporan
perkembangan adalah laporan yang bertujuan untuk menyampaikan
perkembangan,perubahan yang sudah dicapai dalam usaha untuk mencapai
tujuan/sasaran yang telah ditentukan tujuannya untuk menyebarkan kondisi yang
ada pada saat laporan itu dibuat.
E. Laporan Berkela
Laporan
berkela dibuat secara rutin (harian,mingguan,bulanan,tahunan) misalnya laporan
keuangan,produksi dan peningkatan prestasi.
F. Laporan Laboratoris/Hasil Penelitian
Laporan
laboratoris tujuannya untuk menyampaikan hasil dari percobaan/penelitian yang
dilakukan dilaboratorium.
G. Laporan Formal/Semi Formal
Laporan
formal ialah laporan yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu/sistematika
baku sebuah laporan ilmiah.jika tidak lengkap menjadi laporan semi formal.
Ciri - Ciri Laporan yang baik
Laporan
yang baik mendukung beberapa hal antara lain:
- Penggunaan bahasa yang ilmiah (baku).
- Dalam penulisan laporan hanya
menerima tulisan dengan jenis perintah bukan tanya.
- Laporan disertakan dengan
identifikasi masalah
- Data yang lengkap sebagai pendukung
laporan
- Adanya kesimpulan dan saran
- Laporan dibuat menarik dan juga
interaktif
Syarat Laporan Ilmiah
Suatu
karya dapat dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat sebagai berikut :
1.
Penulisannya berdasarkan hasil penelitian, disertai pemecahannya
2.
Pembahasan masalah yang dikemukakan harus obyektif sesuai realita/ fakta
3.
Tulisan harus lengkap dan jelas sesuai dengan kaidah bahasa, Pedoman Umum
4.
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD), serta Pedoman Umum Pembentukan
Istilah (PUPI)
5.
Tulisan disusun dengan metode tertentu
6.
Tulisan disusun menurut sistem tertentu
7.
Bahasanya harus lengkap, terperinci, teratur, ringkas, tepat, dan cermat
sehingga tidak terbuka kemungkinan adanya ambiguitas, ketaksaan, maupun
kerancuan.
Sistematika Laporan
Ilmiah
Laporan ilmiah dapat berbentuk naskah atau buku karena berisi hal-hal yang
terperinci berkaitan dengan data-data yang akurat dan lengkap. Secara umum,
sistematika suatu laporan yang lengkap terdiri dari 3 bagian pokok, yaitu
bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutup.
1.
Bagian Pembuka
Bagian
pembuka umumnya digunakan apabila laporan merupakan tulisan yang berdiri
sendiri secara utuh. Untuk laporan penelitian dalam jurnal atau bagian dari
sebuah buku, tidak seluruh unsur dalam bagian pembuka tersebut digunakan.
Bagian
pembuka ini terdiri atas :
a.
Halaman judul: judul, maksud, tujuan penulisan, identitas penulis, instansi
asal, kota penyusunan, dan tahun
b.
Halaman pengesahan (jika perlu)
c.
Halaman motto/semboyan (jika perlu)
d.
Halaman persembahan (jika perlu)
e.
Prakata;
f.
Daftar isi;
g.
Daftar tabel (jika ada)
h.
Daftar grafik (jika ada)
i.
Daftar gambar (jika ada)
j.
Abstak : uraian singkat tentang isi laporan
2.
Bagian Isi
Bagian
isi merupakan menyajikan atau mengomunikasikan informasi ilmiah yang ingin
disampaikan. Pada bagian isi inilah seluruh komponen pendahuluan, kajian
pustaka dan kerangka teori, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan, serta
simpulan dan saran disajikan secara lengkap. Bagian isi terdiri dari :
a.
Bab I Pendahuluan
Pendahuluan
merupakan tulisan yang disusun untuk memberikan orientasi kepada pembaca
mengenai isi laporan penelitian yang akan dipaparkan, sekaligus perspektif yang
diperlukan oleh pembaca untuk dapat memahami informasi yang akan disampaikan
Pendahuluan terdiri atas :
(1)
Latar belakang
(2)
Identitas masalah
(3)
Pembatasan masalah
(4)
Rumusan masalah
(5)
Tujuan dan manfaat
b.
Bab II :
Kajian
Pustaka
Kajian
pustaka mengungkapkan teori-teori serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang
pernah dilakukan pada topik yang sama atau serupa. Berdasarkan analisis
terhadap pustaka tersebut, peneliti dapat membatasi masalah dan ruang lingkup
penelitian, serta menemukan variabel penelitian yang penting dan hubungan
antarvariabel tersebut.
c.
Bab III :
Metode
Pada
bagian ini biasanya dijelaskan secara rinci mengenai desain penelitian,
populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan dan analisis data, serta
kelemahan penelitian.
d.
Bab IV :
Pembahasan
Pembahasan
pada dasarnya merupakan inti dari sebuah tulisan ilmiah. Pada bagian ini
penulis menyajikan secara cermat hasil analisis data serta pembahasannya
berdasarkan kajian pustaka dan kerangka teori yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya.
e.
Bab V :
Penutup
Penutup
berisi tentang kesimpulan dan saran dari laporan ilmiah tersebut. Kesimpulan
adalah gambaran umum seluruh analisis dan relevansinya dengan hipotesis dari
penelitian yang dilakukan. Kesimpulan diperoleh dari uraian analisis,
interpretasi dan deskripsi yang telah dituliskan pada bagian analisis dan
pembahasan. Untuk menulis simpulan, penulis perlu mengajukan pertanyaan pada
diri sendiri tentang hasil apa yang paling penting dari penelitian yang
dilakukan. Jawaban dari pertanyaan tersebutlah yang dituliskan pada bagian
simpulan. Pada bagian akhir, biasanya simpulan disertai dengan saran mengenai
penelitian lanjut yang dapat dilakukan
3.
Bagian Penutup
a. Daftar Pustaka
b. Daftar Lampiran
c. Indeks daftar istilah
Contoh
Laporan Ilmiah
Dampak Sampah Terhadap Lingkungan
dan Cara Pengolahannya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sampah adalah suatu barang yang sudah tidak terpakai lagi
dan tidak digunakan lagi. Apabila tidak di tangani dengan benar dapat merusak lingkungan, menimbulkan bau yang
tidak sedap, sumber berbagai macam penyakit, penyumbatan saluran air, dan juga
dapat menyebabkan banjir. Jika dibiarkan terus menerus tanpa adanya pengolahan
sampah yang benar maka lingkungan akan rusak dan tentu saja berbahaya bagi
makhluk hidup yang berada dilingkungan tersebut.
Sebelum sampah tersebut diolah menjadi hal yang lebih
bermanfaat, ada baiknya kita dapat mengetahui jenis sampah yang akan diolah.
Apakah sampah tersebut termasuk dalam kategori sampah organik yaitu sampah
sisa-sisa makanan yang dapat di jadikan kompos, pupuk dll. Atau sampah
anorganik seperti sampah plastik yang dapat di jadikan kerajinan tangan atau di
daur ulang. Dengan mengetahui jenis-jenis sampah akan mempermudah dalam proses
pengolahan sampah.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah karya
tulis ilmiah ini adalah bagaimana dampak yang ditimbulkan sampah terhadap
lingkungan dan bagaimana cara pengolahan sampah yang benar.
1.3
Tujuan Penulisan
·
Mengetahui
jenis dan sifat sampah.
·
Mengetahui
pengaruh sampah terhadap lingkungan.
·
Mengetahui
cara pengolahan sampah yang benar.
1.4
Manfaat Penulisan
·
Masyarakat
sadar akan kebersihan lingkungan.
·
Banyak
kreativitas yang dapat dihasilkan oleh masyarakat dari hasil pengolahan sampah.
·
Lingkungan
menjadi bersih dan nyaman.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sampah
Aktifitas manusia dalam memanfaatkan
alam selalu meninggalkan sisa yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi
sehingga diperlakukanya sebagai barang buangan yang disebut sampah. Sampah
adalah bahan yang tidak berguna, tidak digunakan atau bahan yang terbuang
sebagai sisa dari sesuatu proses yang dihasilkan dari aktifitas manusia.
Sumber sampah umumnya berasal dari
perumahan dan pasar. Sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat
penduduknya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
volume sampah yang sangat besar sehingga malebihi kapasitas daya tampung tempat
pembuangan sampah akhir (TPA), pengelolaan sampah dirasakan tidak memberikan
dampak positif kepada lingkungan, dan kuranganya dukungan kebijakan dari
pemerintah, terutama dalam memanfaatkan produk sampingan dari sampah yang
menyebabkan tertumpuknya produk tersebut di tempat pembuangan akhir (TPA).
2.2 Klasifikasi Sampah
A.
Sampah berdasarkan
sumbernya
(1) Sampah rumah
tangga
Sampah yang berasal dari kegiatan
rumah tangga.
(2) Sampah
komersial
Sampah yang berasal dari kegiatan
komersial seperti pasar, pertokoan, rumah makan, tempat hiburan, penginapan,
bengkel, kios, pendidikan dan sebagainya.
(3) Sampah
bangunan
Sampah yang berasal dari kegiatan
bangunan termasuk pemugaran dan pembongkaran suatu bangunan seperti semen,
kayu, batu bata, genteng, dan sebagainya.
(4) Sampah
fasilitas umum
Sampah yang berasal dari pembersihan
dan penyapuan jalan trotoar, lapangan, tempat rekreasi, dan sebagainya. Contoh
jenis sampah ini adalah daun, ranting, kertas pembungkus, plastik, rokok, debu,
dan sebagainya.
B.
Sampah
berdasarkan jenisnya.
(1) Sampah
organik (bersifat degradabel)
Sampah organik adalah jenis sampah
yang sebagian besar tersusun oleh senyawa organik (sisa tanaman, hewan, atau
kotoran) sampah ini mudah diuraikan oleh jasad hidup khususnya mikroorganisme. Contoh sampah organik adalah sisa
makanan, sayuran, dedaunan dan sebagainya.
(2) Sampah
anorganik (non degradabel)
Sampah anorganik adalah jenis sampah
yang tersusun oleh senyawa anorganik (plastik, botol, logam) sampah ini sangat
sulit untuk diuraikan oleh jasad renik. Contoh sampah anorganik adalah plastik, gelas atau kaca,
botol.
(3) Sampah berbahaya
Sampah Berbahaya adalah sampah yang beracun penyabab
infeksi, mempunyai sifat korosif. Korosif adalah sifat suatu subtansi yang
dapat menyebabkan benda lain hancur atau memeroleh dampak negatif. Sampah ini
biasanya berasal dari limbah pabrik yang merusak sungai setempat karena
memiliki racun. Sampah ini sangat memengaruhi linkungan dan mengakibatkan
kerusakan yang merugikan bagi kehidupan makhluk hidup. Contoh sampah berbahaya
adalah logam, pestisida, zat kimia, sisa perindustrian.
2.3 Dampak Sampah terhadap Kesehatan Lingkungan
A.
Pencemaran
lingkungan
Sampah dari
berbagai sumber dapat mencemari lingkungan, baik lingkungan darat, udara maupun
perairan. Pencemaran darat yang dapat ditimbulkan oleh sampah misalnya
ditinjau dari segi kesehatan sebagai tempat bersarang dan menyebarnya bibit
penyakit, sedangkan ditinjau dari segi keindahan, tentu saja menurunnya
estetika (tak sedap di pandang mata).
Macam
pencemaran udara yang ditimbulkan misalnya mengeluarkan bau yang tidak sedap,
debu gas-gas beracun. Pembakaran sampah dapat meningkatkan karbon monoksida
(CO), karbo dioksida (CO2) nitrogen-monoksida (NO), gas belerang,amoniak dan
asap di udara. Asap di udara, asap yang ditimbulkan dari bahan plastik ada yang
bersifat karsinogen, artinya dapat menimbulkan kanker.
Macam
pencemaran perairan yang ditimbulkan oleh sampah misalnya terjadinya perubahan
warna dan bau pada air sungai, penyebaran bahan kimia dan mikroorganisme yang
terbawa air hujan dan meresapnya bahan-bahan berbahaya sehingga mencemari
sumur dan sumber air. Bahan-bahan pencemar yang masuk kedalam air tanah dapat
muncul ke permukaan tanah melalui air sumur penduduk dan mata air, jika bahan
pencemar itu berupa B3 (bahan berbahaya dan beracun) misalnya air raksa
(merkuri), crhom, timbal, cadmium, maka akan berbahaya bagi manusia, karzena
dapat menyebabkan gangguan pada syaraf, cacat pada bayi, kerusakan sel-sel hati
atau ginjal.
B.
Penyebab
penyakit
Sampah yang
banyak mengandung makanan busuk, sudah pasti merupakan sarang hidupnya
Bakteri Coli. Sehingga apabila sampah ini menumpuk di saat musim hujan,
tentunya akan menimbulkan wabah muntaber atau diare, demam berdarah
dan lain sebagainya..
Sampah juga
bisa mengundang datangnya kawanan tikus dan serangga yang bisa
menyebabkan berbagai penyakit pencernaan, penyakit kuning, penyakit
cacing perut , malaria dan lain sebagainya.
C. penyumbatan saluran air dan banjir
Sampah
jalanan dan rumah tangga sering bertaburan dan jika hujan turun akan terbawa ke
got atau sungai, akibatnya sungai tersumbat dan timbul banjir. Selanjutnya
banjir dapat menyebarkan penyakit, banyak got dimusim hujan menjadi mampet
karena penduduk membuang sampah disembarang tempat.
D. Dampak
sosial terhadap masyarakat
(1) Kerukunan
Permasalahan sampah dapat berkaitan
dengan nilai kerukunan. Orang yang sering membuang sampah di sekitar tempat
tinggal nya dan mencemari lingkungan dapat menimbulkan ketidaksenangan
tetangganya.
(2) Kesanggupan
Tiap warga hendaknya memiliki
kesanggupan untuk menempatkan sampah pada tempatnya., misalnya memisahkan
sampah organik dengan sampah anorganik, memisahkan sampah yang beracun dan yang
tidak beracun. Pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan yang sulit jika setiap
warga memiliki kesadaran dan kesanggupan untuk melakukannya.
E.
Dampak
sampah terhadap keadaan sosial ekonomi
-Pengelolaan
sampah yang kurang baik akan menimbulkan lingkungan yang tidak menyenangkan.
-
Memberikan dampak
negatif terhadap keparawisataan.
-Pengelolaan
sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat.
- Instrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pen
2.4 Manfaat Sampah
Walaupun
mengotori lingkungan, ternyata sampah juga dapat memberikan manfaat. Manfaat
itu antara lain sebagai berikut:
a.
Pengisi
Tanah
b.
Sumber Pupuk
Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang
terbuat dari bahan organik/makhluk hidup yang telah mati dan mengalami
pembusukan oleh mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari
semula.
c.
Sumber Humus
Kehadiran senyawa organik dalam
bentuk humus di dalam tanah dapat mempertahankan sifat fisik tanah. Dengan
sifat fisik yang baik, maka kegunaan tanah menyerap dan mempertahankan air
dapat terjadi dengan baik.
d.
Media
Penanaman Jamur
Pengunaan media dengan sampah
memberikan hasil yang memuaskan. Misalnya, media jamur merang, jamur ”Shiitake”
dan jamur tiram putih tumbuh dengan baik pada bahan organik yang terdapat pada
kompos.
e.
Penyubur
Plankton
Plankton adalah makanan utama ikan
yang terdiri dari hewan dan tumbuhan bersel tunggal. Kolam ikan yang banyak
palnktonnya menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada ikan. Suburnya plankton
karena pemasukan bahan-bahan organik dari sampah.
f.
Media
Produksi Vitamin
Salah satu jenis mikroorganisme
penghasil vitamin (vitamin B12) ternyata sangat subur pertumbuhannya di dalam
media yang dicampur dengan ekstrak sampah.
g.
Bahan
Makanan Tanah
Sampah sebagai bahan makanan tanah
secara langsung (masih segar) dan melalui proses fermentasi telah digunakan
dimana-mana dengan hasil yang baik.
2.5 Pengelolaan Sampah
Sampah yang ada harus dikelola
dengan baik. Pengelolaan sampah tersebut terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
a.
Pengumpulan
Sampah
Cara pengumpulan sampah dengan
menggunakan kantung. Kantung yang digunakan berasal dari kantung plastik. Jenis
bahan ini cukup kuat dan dapat digunakan berulang-ulang serta sulit dihancurkan
oleh jasad-jasad renik yang ada dalam sampah.
b.
Penampungan
Penampungan sampah dapat menggunakan
bak sampah. Bak sampah dibuat secara permanen maupun non permanen.
c.
Pengangkutan
Kantung-kantung sampah yang telah
terkumpul dalam bak-bak sampah, kemudian menunggu pengangkutan oleh dinas
kebersihan setempat atau sampah tersebut dapat di daur ulang yang sebelumnya
dipisahkan dahulu antara sampah organik dan sampah anorganik.
2.6
Cara Pengolahan Sampah
Pengelolaan sampah adalah
pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan dari material sampah. Hal
ini biasanya dihasilkan dari kegiatan manusia, dan dikelola untuk mengurangi
dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan. Pengelolaan ini melibatkan zat padat,
cair, gas, atau radioaktif. Praktek pengelolaan sampah berbeda antara daerah perkotaan dengan daerah
pedesaan, berbeda juga perumahan dan
industri.
A. Pengolahan Sampah Organik
Sampah organik tergolong sampah yang gampang busuk seperti
sisa makanan, dedaunan dan masih banyak lagi. Sebenarnya sampah jenis ini masih
bisa kita manfaatkan lagi.
Jenis sampah organik bisa kita manfaatkan lagi menjadi pupuk
kompos. Karena sampah organik berasal dari makluk hidup. Pengomposan yaitu zat
tanaman, sisa makanan atau kertas, bisa diolah dengan menggunakan proses
biologis. Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik ini adalah Green Bin Program (program tong hijau)
yaitu seluruh sampah organik dikumpulkan di kantong khusus untuk di
komposkan.
B. Pengolahan Sampah Anorganik
Sampah anorganik sebaiknya kita daur ulang kembali. Jangan
membuangnya secara sembarangan, karena jenis sampah ini tidak mudah untuk
hancur.
Kita memerlukan kreatifitas tinggi untuk mengubah sampah
tersebut menjadi suatu barang yang mempunyai nilai beda. Proses pengambilan
barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali disebut
sebagai daur ulang.
Ada beberapa cara daur ulang, pertama adalah mengambil bahan
sampahnya untuk diproses lagi. Kedua mengumpulkan dan menggunakan kembali
sampah yang dibuang. Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum
aluminum, kaleng baja makanan atau minuman, kertas, koran, majalah, dan kardus.
Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil lebih susah,
karena bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya.
C. Sampah Berbahaya
Tahap penanganan sampah B3 (bahan
berbahaya dan beracun) dari rumah tangga dimulai dari pemilahan. Sampah B3
harus dipilah dan dipisahkan dari sampah organik dan anorganik. Kemudian sampah
B3 yang sudah terkumpul dimasukkan dalam wadah yang aman. Pastikan menggunakan sarung tangan saat melakukannya.
Selanjutnya, jika penganangan sampah B3 dilakukan secara
terkoordinasi dengan warga masyarakat di perumahan sekitar, maka tahap
selanjutnya adalah dengan pewadahan dan pengumpulan besar, pengangkutan dan
penyimpanan sementara. Semuanya harus dilakukan dengan metode pengelolaan
sampah B3 yang sesuai dengan aturan pemerintah dan anjuran ahli.
Dalam menyikapi sampah B3 Sebagai
warga juga konsumen perlu memiliki peran yang baik. Usahakan mengurangi
konsumsi produk yang mengandung bahan berbahaya beracun, dan lebih memilih
produk ramah lingkungan. Kita juga bisa memperpanjang umur dengan memakai suatu
produk dengan pemakaian yang bijak.
Perlu diketahui juga bahwa produsen
memegang peran yang sama pentingnya. Produsen wajib mencantumkan material yang
dikategorikan sebagai kandungan berbahaya ataupun beracun pada semua produknya.
Tujuannya agar konsumen tahu cara penanganannya. Produsen juga memiliki
kewajiban untuk melakukan upaya-upaya yang dirasa perlu untuk mengolah produk
tersebut setelah digunakan. Dan jika terjadi pencemaran lingkungan, produsen
wajib bertanggung jawab untuk memulihkannya. Dengan mengetahui apa itu sampah
B3 dan peran apa yang bisa kita lakukan untuk menanggulanginya, semoga keluarga
dan lingkungan kita tetap sehat dan aman untuk selamanya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam
proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak
bergerak.
Sampah memiliki dampak yang negatif bagi kesehatan jika
tidak diolah dengan baik. Sampah dapat menimbulkan berbagai macam penyakit dan
merusak lingkungan. Pengolahan yang benar adalah dengan mengetahui jenis dan
karekteristik sampah itu sendiri. Dengan pengolahan yang benar sampah dapat
bermanfaat bagi lingkungan.
3.2
Saran
Cara pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan
menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan
sampah. Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih
menghargai lingkungan, Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat
diharapkan karena jika tidak maka para perusak lingkungan akan terus merusak
sumber daya alam ini. Sebaiknya setiap rumah tangga melakukan pembuangan sampah
dengan cara memilahkan sampah sesuai jenisnya.
SUMBER
:
http://mikhaanitaria.blogspot.com/2010/04/laporan-ilmiah.html
Andika,
Nanang Tio. 2012. Karya Ilmiah Tentang
Pengelolaan Sampah. Dalam http://shindota.blogspot.com/2012/02/karya-ilmiah.html
Arif,
Muh Irfan Rivai. 2012. Dampak Sampah
Terhadap Lingkungan. Dalam http://muhirfanrivaiarif.blogspot.com/2012/02/dampak-sampah-terhadap-lingkungan.html
Mugai,
Hasan. 2013. Contoh Karya Tulis Ilmiah
Pengaruh Sampah Terhadap Lingkungan. Dalam http://trik56.blogspot.com/2013/03/contoh-karya-tulis-ilmiah-pengaruh.html
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)